Filsafat
ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhadap hakikat ilmu.
Filsafat ilmu hendak menjawab pertanyaan – pertanyaan mengenai hakikat ilmu
tersebut, antara lain : a. objek apa yang ditelaah ilmu b. bagaimana
memperolehilmu c. untuk apa ilmu digunakan.
Landasan
Penelaahan Ilmu
Landasan ilmu itu adalah sebagai
berikut :
1.
Landasan
ontologis adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tia ilmu
harus mempunyai objek penelaahan yang jelas. Karna diversivikasi ilmu terjadi
atas dasar spesifikasi objek telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai
landasan ontologi yang berbeda.
2.
Landasan
epistemologi adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga
diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum metode ilmiah pada dasarnya untuk semua
disiplin ilmuyaitu berupa proses kegiatan induksi-deduksi-verifikasi seperti
telah diuraikan di atas.
3.
Landasan
aksiologi adalah hubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi
kebutuhan manusia. Denganperkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu
terhadap pengembangan ilmu itu dalam meningkakan kualitas hidup manusia.
Ontologi Ilmu
Ontologi terdiri dari suku kata,
yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuai yang berwujud dan logos berarti
ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud
hakikat yang ada. Menyoal tentang wujud hakiki objek ilmu dan keilmuan (setiap
bidang ilmu dalam jurusan dan program studi) itu apa? Objek ilmu atau keilmuan
itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau pancaindra. Jadi objek ilmu
adalah pengalaman indrawi dengan kata lain ontologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud dengan berdasarkan pada
logika semata.
tersedia dalam bentuk slide
tersedia dalam bentuk slide
Dari teori hakikat (ontologi) ini
kemudian muncullah beberapa aliran dalam filsafat, antara lain : 1. Filsafat
Materialisme 2. Filsafat Idealisme 3. Filsafat Dualisme 4. Filsafat Skeptisisme
5. Filsafat Agnostisisme.
Jujun S. Suriasumantri menyatakan
bahwa pokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakup tiga segi,
yakni ; Logika (benar-salah) Etika (baik-buruk) dan Estetika (indah-jelek).
Epistemologi
Ilmu
Epistemologi berasal dari kata
episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jad epistemologi
adalah ilmu nyang membahas tentang cara memperoleh pengetahuan, hakikat
pengetahuan dan sumber pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu
cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang cara, teknik, atau
prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah dengan metode non-ilmiah adalah
pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan secara kebetulan;
untung-untungan (trial and error); akal sehat (common sense); prasangka;
otoritas (kewibawaan); dan pengalaman biasa.
Menurut Keith Lehrer secara historis
terdapat tiga perspektif dalam epistemologi yang berkembang di barat, yaitu :
1.
Dogmatic
epistemology adalah pendekatan tradisional terhadap epistemologi, terutama
Plato. Dalam perspektif ini metaphysics (ontologi) diasumsika dulu ada, baru
kemudian ditambahkan epistemologi.
2.
Critical
epistemology adalah revolusi dari epistemologi dogmatik ke epistemologi kritis
diperkenalkan oleh rene descartes. Descartes membalik epistemologi dogmatik
dengan menanyakan apa yang dapat kita ketahui sebelum menjelaskan.
3.
Scientific
epistemology pertanyaan utama epsitemologi jenis ini: Apa yang benar-benar
sudah kita ketahui dan bagaimana cara kita mengetahuinya? Epistemology ini
tidak peduli apakah batu di depan mata kita adalah penampakan atau bukan. Yang
ia urus adalah bahwa ada batu di depan mata kita dan kita teliti secara sainstifik.
Aksilogi
Ilmu
Aksiologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan tentang orientasi atau nilai suatu kehidupan. Aksiologi
disebut juga teori nilai, karena ia dapat menjadi sarana orientasi manusia
dalam usaha menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental, yakni bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak? Teori nilai atau aksiologi ini kemudian
melahirkan etika dan estetika. Dengan kata lain, aksiologi adalah ilmu yang
menyoroti masalah nilai dan kegunaan ilmu itu berguna untuk peningkatan
kualitas kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia atau tidak. Nilai- nilai
bertalian dengan apa yang memuaskan keinginan atau kebutuhan seseorang,
kualitas dan harga sesuatu.
Relevansi
Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Dengan Ilmu Politik
Ontologi, epistemologi dan aksiologi
ketiga adalah sama-sama mempelajari tentang hakikat manusia dalam masyarakat
politik. Ilmu politik berelevansi dengan ontologi karena ontologi mempelajari
sesuatu yang berbeda, misalnya ilmu politik mempelajari tentang semua teori
politik pada masa yang lalu, sekarang dan yang akan datang. Dalam ontologi
membahas segala sesuatu atau berdasarkan beberapa aliran, ada yang mengemukakan
bahwa segalanya berasal dari satu sumber. Pertama aliran monisme adalah aliran
yang berpendapat bahwa hanya ada satu substansi, kedua aliran dualisme adalah
aliran yang berpendapat bahwa ada dua substansi, ketiga adalah aliran
pluralisme yang menyatakan bahwa ada banyak sbstansi.
Inti dasar epistemologi ini adalah
agar dapat ditentukan bahwa dalam menjelaskan objek formulanya, telaah ilmu
politik dan antropologi tidak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju
kepada telaah teori dan ilmu politik dan sebagai ilmu otonom yang mempunyai
objek formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hanya
menggunakan pendekatan kuantitatif ataupun ekspremental. Dengan demikian uji
kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara korespodensi, secara koheren dan
sekaligus secara praktis atau pragmatis.
Relevansi
Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Dengan Ilmu Antropologi
Relevansi antropologi dengan ketiga
landasan tersebut adalah sama-sama mempelajari tentang manusia. Antropologi
berelevansi dengan ontologi karena ontologi mempelajari sesuatu yang berbeda.
Jika seseorang bertanya apa hakikat
manusia maka jawabannya berupa filsafat, dalam hal ini bukanlah susunan
organisme tubuh lagi yang dikemukakan, kebudayaan dan hubungannya dengan
manusia, tetapi hakikat manusia yang ada dibalik tubuh itu sendiri, kebudayaan
dan hubungan tadi. Anton Bakker, dosen Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada
menggunakan istilah “antropologi metafisik” untuk memberi nama kepada macam
filsafat ini. Jawaban yang dikemukakan antara lain :
1.
Monisme
yang berpendapat manusia terdiri dari satu asas, misalnya jiwa.
2.
Dualisme
yang mengajarkan bahwa manusia terdiri atas dua asas yang masing-masing tidak
berhubungan satu sama lain, misalnya jiwa-raga.
3.
Triadisme
yang mengajarkan bahwa manusia terdiri dari tiga asas, misalnya badan, jiwa dan
roh.
4.
Pluralisme
yang mengajarkan bahwa manusia terdiri dari banyak asas, misalnya api, udara,
air dan tanah.
0 komentar:
Posting Komentar